Bunga Rampai Dwi Semester

Hanung Muqiit
2 min readJul 11, 2022

--

Semester 2 telah usai dan aku tinggal menunggu datangnya semester baru. Tidak banyak dari kami yang mengharapkan datangnya terlalu segera, karena kami harus mengurus teman-teman yang baru akan menginjak semester 1. Sementara sebagian besar dari kami harus memutar otak untuk menyambut mereka dengan perayaan paling keren.

Usainya semester 2 ini menyisakan beberapa bekas yang sangat jelas pada diriku pribadi. Semester ini banyak kuhabiskan di tempat-tempat baru, suasana, dan kesadaran akan pengalaman baru.

Di ranah akademik, sebagaimana cara kerja dunning kruger effect yang membuat akhir semester 1 menjadi puncak kebodohanku — dalam nilai yang sempurna — dan di semester 2 ini aku dijatuhkan dengan realitas bahwa sebenarnya aku tidak tau apa-apa. meskipun sejauh ini nilaiku sangat aman, namun rasa bodoh itu semakin menggulati pikiran. Terlebih menyadari realita bahwa diriku sering tidak memperhatikan/tidak konsentrasi di kelas, mengerjakan tugas dengan tidak maksimal, ataupun bahkan tidak mengikuti kelas sama sekali, membuatku tersadar akan merosotnya kapabilitasku sebagai calon sarjana Ilmu Komunikasi. Namun kami dibayang bayangi perjalanan akademik yang lebih berat di semester 3 mendatang. Konon — dari testimoni kakak tingkat — Semester 3 akan cukup berat dilalui jika tidak fokus.

Di ranah hobi seniku, aku mulai menapaki jenjang karir dan pasar raya industri seni di Jogja. Aku mulai digaji dari usahaku menekuni hobi seni. Aku sudah menerima amplop dari keringat hobi ini sejak SMA. Namun aku tak pernah mengira jika di selera industri seni yang berbeda, aku akan tetap menerimanya. Eksplorasiku pun meluas. Aku kembali menggerakkan tuding dan gapit instead of hanya memukul pilahan logam.

Di ranah berkawan, aku mulai mendefinisikan ulang arti teman. Yang baru aku sadari adalah selama ini aku berada di lorong gelap dalam menyadari eksistensiku sebagai teman, sebagai yang ditemani, dan sebagai yang menemani. Agak sulit mengutarakan refleksi ini, namun yang menjadi menarik yakni pemikiran ini muncul di saat pikiranku bercabang banyak dan seharusnya tidak punya waktu untuk memikirkannya. Lain kali — atau mungkin di semester 3 — aku akan mengulang berpikir tentang hal ini.

Di ranah keluarga, aku hampir lupa kalau di dunia ini ada kata “rumah”. nyaris saja aku tidak berencana pulang jika bukan Ibuku sendiri yang meminta.

Semua ranah tersebut menjadi bunga rampai di tahun pertamaku berkuliah di Ilmu Komunikasi UGM. Rasanya masih flat namun dalam posisi garis yang menyenangkan. Ingin rasanya sesekali diberikan kejutan yang menantang dan membuat bunga rampaiku di tahun berikutnya menjadi semakin panjang. Namun aku perlu berpikir dua kali jika ingin melakukan hal yang aneh aneh, yakni mengingat bagaimana perjuanganku bisa sampai dititik ini tak cukup hanya memeras keringat seember.

--

--